BRK Plaju

Loading

Permasalahan KDRT di Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Korban

Permasalahan KDRT di Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Korban


Permasalahan KDRT di Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Korban

KDRT atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga merupakan salah satu masalah sosial yang masih sangat meresahkan di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kasus KDRT di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Namun, seringkali permasalahan ini hanya dilihat dari sudut pandang pelaku, sedangkan perspektif korban juga sangat penting untuk dipahami.

Dalam pandangan korban, KDRT bukanlah sekadar masalah fisik, tetapi juga mempengaruhi aspek psikologis dan sosial korban. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Yuniyanti Chuzaifah, seorang pakar psikologi sosial, korban KDRT cenderung mengalami gangguan mental seperti stres, depresi, dan bahkan trauma yang berkepanjangan.

“Korban KDRT seringkali merasa terisolasi dan tidak mendapat dukungan yang memadai dari lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat memperburuk kondisi psikologis mereka,” ujar Dr. Yuniyanti.

Selain itu, permasalahan KDRT juga seringkali dipengaruhi oleh faktor budaya dan struktural di masyarakat. Menurut Suraiya Kamaruzzaman, seorang aktivis perempuan, stigma dan norma-norma sosial yang menghakimi korban seringkali membuat mereka enggan untuk melaporkan kasus KDRT yang mereka alami.

“Korban KDRT seringkali merasa malu dan takut untuk mengungkapkan apa yang mereka alami. Mereka khawatir akan dijauhi atau dicap sebagai orang yang lemah,” tambah Suraiya.

Untuk mengatasi permasalahan KDRT ini, perlu adanya pendekatan yang holistik dan berbasis pada hak asasi manusia. Menurut Amnesty International, lembaga hak asasi manusia internasional, pemerintah Indonesia harus meningkatkan perlindungan terhadap korban KDRT dan memberikan akses yang lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan bantuan dan perlindungan.

Dengan memahami permasalahan KDRT dari perspektif korban, diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat bekerja sama untuk memberikan perlindungan yang lebih baik bagi korban KDRT di Indonesia. Sebagai masyarakat, kita juga perlu memberikan dukungan dan empati kepada korban KDRT agar mereka merasa didengar dan didukung dalam proses pemulihan mereka.